Ahli Global Berbagi Wawasan Inovatif tentang Tata Kelola Lingkungan, Inovasi Digital, dan Upaya Perdamaian di Universitas Diponegoro.
Semarang, 6 Agustus 2025 — Konferensi Internasional ke-10 tentang Kajian Sosial dan Politik Indonesia (ICISPE) 2025 resmi ditutup hari ini dengan nuansa yang menginspirasi, menandai tonggak penting dalam pembahasan global tentang keberlanjutan, tata kelola, dan transformasi digital. Selama dua hari, para akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan berkumpul untuk membahasa satu tema utama: “Memupuk Sinergi Kolaboratif: Memajukan Tata Kelola Lingkungan melalui Harmoni Sektor Publik-Swasta dan Masyarakat untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Era Digital.”
Hari terakhir dari serangkaian kegiatan ICISPE 2025 menampilkan tiga pembicara ternama dunia yang menantang pemikiran konvensional dan menyajikan strategi yang dapat diimplementasikan untuk masa depan yang berkelanjutan:
✅ Prof. Hartuti Purnaweni (Universitas Diponegoro) menyuarakan peringatan tentang krisis sampah yang semakin parah di Indonesia, dengan mengungkapkan bahwa hampir 40% dari total 33,6 juta ton sampah tahunan di negara tersebut masih belum dikelola dengan baik. Dengan polusi plastik yang mengancam ekosistem laut, Prof. Hartuti menyerukan perubahan paradigma yang tegas—dari metode “kumpul-angkut-buang” yang sudah ketinggalan zaman menuju pengelolaan sampah terpadu berbasis prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), tempat pembuangan akhir yang higienis, dan teknologi pengolahan limbah menjadi energi, dengan partisipasi aktif dari semua lapisan masyarakat.
✅ Dr. Lin Wu (Nottingham University Business School) memukau peserta dengan studi kasus dari China yang menunjukkan bagaimana inovasi digital dapat memperkuat usaha sosial untuk menyeimbangkan tujuan bisnis dengan dampak sosial. Melalui gym komunitas pintar, platform keanggotaan mobile, dan jaringan pelatih lepas, Dr. Wu menunjukkan bagaimana sistem O2O closed-loop dan co-creation value dapat mendefinisikan ulang kesehatan masyarakat dan keberlanjutan di era digital.
✅ Dr. Mary Mangai (University of Pretoria) menggeser fokus ke pembangunan perdamaian global, ia berargumen bahwa konektivitas digital merupakan faktor penentu perubahan sekaligus pisau bermata dua. Dengan mengutip pengalaman dari Afrika, Asia, dan Amerika Latin, ia menjelaskan bagaimana teknologi memperkuat partisipasi warga dan akuntabilitas, namun juga memperingatkan tentang risiko yang semakin meningkat akibat disinformasi dan ancaman keamanan siber. Pesannya jelas: perdamaian di era digital membutuhkan tata kelola yang inklusif, infrastruktur yang adil, dan kerja sama global.
Sesi ini dimoderatori oleh Dr. Phil. Nuriyatul Lailiyah (Universitas Diponegoro) dan dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab yang memicu ide-ide segar dan kolaborasi lintas batas. Peserta kemudian bergabung dalam diskusi kelompok yang membahas tiga topik hangat:
- Jurnalisme Lingkungan & Literasi untuk Keberlanjutan
- Manajemen Publik untuk Tata Kelola Lingkungan Berkelanjutan
- Investasi untuk Masa Depan yang Lebih Hijau
Mengakhiri acara, S Rouli Manalu, PhD., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FISIP Undip, menyampaikan seruan aksi yang menggugah:
“Mari kita bawa momentum yang telah dibangun dalam konferensi ini ke masa depan—dengan memperdalam kolaborasi kita, mendorong inovasi riset dan kebijakan, serta berinvestasi dalam pengetahuan yang memberdayakan komunitas dan pembuat keputusan. Mari kita pastikan bahwa upaya kita tetap berakar pada keadilan, keberlanjutan, dan inklusi digital.”
Seiring dengan berakhirnya ICISPE 2025, satu pesan yang disampaikan dengan tegas: kolaborasi antar sektor dan batas negara bukanlah pilihan—melainkan keharusan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah menjadikan acara ini sukses besar. Bersama-sama, kita sedang membentuk masa depan di mana manusia dan planet ini dapat berkembang sejahtera dalam harmoni.
0 Komentar