SEMARANG – Memasuki usia ke-68, Universitas Diponegoro terus menunjukkan taji sebagai perguruan tinggi riset unggulan yang berakar kuat pada nilai-nilai kerakyatan. Di bawah kepemimpinan Rektor yang membumi, Undip melangkah mantap menuju universitas kelas dunia tanpa kehilangan jati diri sebagai kampus perjuangan rakyat. Semangat ini mengalir hingga ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), yang menjadi salah satu poros intelektual dalam mendorong Undip semakin melesat.
Rektor yang Membumi, Kepemimpinan yang Menyentuh Hati
Dalam berbagai kesempatan, Rektor Universitas Diponegoro dikenal sebagai figur “rektor merakyat” yang berarti bahwa sosok yang tidak berjarak dengan civitas akademika, sering hadir langsung dalam kegiatan fakultas, berdialog dengan mahasiswa, hingga meninjau aktivitas akademik di lapangan. Kedekatannya bukan hanya simbolik, tetapi menjadi fondasi kepemimpinan yang melahirkan energi positif di seluruh lini universitas.
“Rektor kita adalah pemimpin yang hadir, bukan hanya terlihat di podium. Beliau mendengarkan, memberi ruang, dan menyalakan semangat kolaborasi lintas fakultas,” ujar Dr. Drs. Teguh Yuwono, M.Pol.Admin, Dekan FISIP Undip.
Menurutnya, gaya kepemimpinan rektor ini menjadi teladan bagaimana universitas modern bisa tumbuh besar tanpa meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan.
FISIP dan Kontribusi Sosial di Tengah Lompatan Undip
Dies Natalis Undip tahun ini menjadi momentum refleksi di mana Undip bukan sekadar besar secara akademik, tetapi juga makin relevan dengan kebutuhan zaman. Di tengah kemajuan sains dan teknologi, FISIP menjadi jangkar sosial yang menjaga agar kemajuan kampus tetap berpihak pada nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan pembangunan inklusif.
FISIP Undip memperlihatkan kontribusi signifikan terhadap capaian universitas yang kini menempati peringkat ke-2 nasional, ke-38 di Asia, dan ke-382 versi EduRank 2025. Tak hanya itu, versi QS World University Ranking pun Fisip Undip menempati peringkat 501-550 Dunia. Kemudian, sebanyak 8 (delapan) program studi di Fisip Undip pun telah terareditasi Internasional FIBAA.
Peningkatan ini tidak lepas dari dorongan rektor yang memberi ruang otonomi dan kreativitas pada fakultas untuk tumbuh sesuai karakter keilmuannya.
“Rektor mendorong kami untuk tidak hanya mengejar peringkat, tetapi juga menghadirkan dampak sosial. Itulah semangat Undip yang sesungguhnya,” lanjut Dekan Teguh Yuwono.

FISIP di Era Kepemimpinan Kolaboratif
Sejalan dengan semangat Dies Natalis Undip ke-68, FISIP Undip meneguhkan diri sebagai fakultas yang memadukan kekuatan akademik dan aksi sosial. Berbagai kegiatan seperti riset kebijakan publik, advokasi sosial, literasi digital, hingga kemitraan dengan lembaga pemerintah dan organisasi masyarakat menjadi bukti konkret kontribusi FISIP dalam gerak Undip yang semakin maju.
“Ilmu sosial dan politik bukan hanya teori, tetapi kompas moral bagi kemajuan bangsa. Kami ingin FISIP menjadi pusat dialog, tempat ilmu bertemu dengan realitas,” ungkap Dekan Teguh.

Undip Melesat, FISIP Bergerak Bersama
Momentum Dies Natalis Undip tahun ini menjadi simbol bahwa universitas yang besar bukan hanya ditopang oleh laboratorium dan publikasi, tetapi juga oleh jiwa sosial dan karakter pemimpinnya.
Kepemimpinan rektor yang merakyat telah memberi warna baru bagi Undip yang mana mennjukkan bahwa sebuah universitas yang tidak hanya melesat di angka pemeringkatan, tetapi juga menyentuh hati masyarakat.
Dengan dukungan pimpinan universitas dan kerja sama lintas fakultas, FISIP Undip berkomitmen menjaga api perubahan itu tetap menyala, menjadi fakultas yang berpikir global, berjiwa lokal, dan berakar kuat pada nilai sosial bangsa. (Muhammad Rif’at Al-Razi)
